Menangkal Virus ISIS

DALAM tiga bulan terakhir perhatian publik Tanah Air tertuju kepada dua isu penting, yakni pemilihan presiden dan Islamic State of Iraq and Syam (ISIS).

Fokus pada pilpres selesai setelah Mahkamah Konstitusi menolak semua gugatan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa terhadap Komisi Pemilihan Umum pada 21 Agustus lalu. Makna terpenting dari putusan itu, MK menguatkan keputusan KPU yang menetapkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai pemenang Pilpres 2014.

Setelah pilpres selesai, perhatian publik terfokus pada ISIS. Kelompok jihad tersebut gagal menggulingkan Presiden Bashar al-Asyad di Suriah, kemudian memperluas wilayah kekuasaan ke Irak bagian Utara. Berbagai tayangan video melalui media massa maupun jejaring sosial memperlihatkan kebrutalan ISIS terhadap tentara maupun penduduk sipil.

Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan kelompok tersebut sebagai organisasi teroris sejak 18 Oktober 2004 yang diikuti oleh negara-negara besar. Indonesia, baru menyatakan ISIS sebagai kelompok teroris pada 1 Agustus 2014 lalu.   (tajuk lampung post)

Penyebutan ISIS sebagai organisasi teroris kiranya tidaklah berlebihan. Selain brutal, kelompok tersebut tidak lagi memilih-milih korban. Siapa pun akan dihabisi bila tidak sepemikiran dan sejalan, termasuk sesama muslim.

Dalam perkembangannya kelompok berideologi transnasional itu berhasil menyebarkan virus kebencian ke luar basis gerakan mereka di Irak dan Suriah. Di Asia Tenggara, Indonesia menjadi ladang subur. Puluhan WNI bahkan telah bergabung ke Irak dan Suriah. Sebagian lainnya bergerak menyusun kekuatan di Tanah Air secara tersembunyi.

Di sejumlah daerah polisi menangkap pendukung ISIS dalam operasi penggerebekan teroris, seperti di Ngawi, Jawa Timur pada 8 Agustus lalu. Di Jawa Barat, petugas menahan seorang pendukung ISIS di kediamannya, Jalan STM Mandiri, Kelurahan Kemiri Muka, Kecamatan Beji, Depok.

Terakhir di Lampung, Polres Lampung Tengah menangkap pasangan suami istri Sal (26) dan Mut (24), warga Kampung Sribasuki, Kecamatan Kalirejo, Sabtu (23/8). Dua pelaku lain juga ditangkap yaitu, Arf, warga Poncowarno, Kalirejo, dan Klm, warga Sukosari, Kalirejo.

Penangkapan empat pendukung ISIS di Lampung seharusnya jangan dianggap sebagai peristiwa kecil. Penangkapan itu jelas menunjukkan ideologi ISIS telah menyebar hingga ke akar rumput. Tidak ada yang bisa memperkirakan seberapa besar kekuatan riil mereka karena penyebaran organisasi teroris tersebut bisa berlangsung sangat cepat. Boleh jadi para pelaku yang tertangkap hanya puncak gunung es.

Dari asal tempat kelahirannya, ISIS bisa bertumbuh dalam habitat yang keras dan penuh tekanan. Terlebih dalam situasi masyarakat Lampung yang sangat toleran dan dalam iklim yang saling menghargai. Keadaan ini jika tidak diwaspadai akan menjadi jebakan yang menyuburkan gerakan ISIS. Itulah yang menjadi tugas bersama aparat keamanan, pemerintah daerah, dan segenap masyarakat.

Sejak jauh-jauh hari, para pendiri bangsa telah memilih dan mewariskan demokrasi sebagai sistem ketatanegaraan kita. Itu sebabnya, semua anasir yang bertentangan dengan demokrasi, termasuk ISIS, harus segera disingkirkan sebelum bertumbuh besar. Tidak ada kedaulatan rakyat tanpa demokrasi. Tidak ada NKRI tanpa demokrasi. n

Sumber : https://goo.gl/ibNrdi
Previous
Next Post »
0 Komentar