Kepala Daerah "Balita"

PEMILIHAN kepala daerah di tujuh kota dan kabupaten se-Provinsi Lampung rencananya digelar serentak tahun depan. Saat ini sudah banyak tokoh bermunculan dan menyatakan diri siap merebut kursi wali kota atau bupati.

Ambisi seseorang untuk menjadi wali kota atau bupati bukan hal yang tabu dalam alam demokrasi. Wajar saja jika ada tokoh yang tidak malu-malu menjajakan diri untuk mendapatkan dukungan partai politik. Ada pula yang memilih jalur independen.
Wacana kepemimpinan kaum muda juga mulai mengemuka. Wacana itu menginginkan kaum gaek yang hampir setiap pemilihan kepala daerah tidak pernah absen berebut kursi gubernur, wali kota, atau bupati untuk tahu diri. Kaum gaek diminta jangan hanya merasa bisa, tapi juga bisa merasa.

Rakyat merindukan sosok pemimpin muda yang jujur, idealis, serta ideologis. Yang muda yang tidak terkontaminasi kerusakan kalangan tua. Kerinduan yang tidak berlebihan karena provinsi ini dipimpin anak muda, Ridho Ficardo, yang saat dilantik menjadi gubernur belum genap berusia 33 tahun. Begitu juga Agung Ilmu Mangkunegara yang saat dilantik menjadi bupati Lampung Utara dalam usia kurang dari 32 tahun.

Memang tidak ada tolok ukur usia ideal menjadi kepala daerah. Di tengah masyarakat mulai muncul ukuran kelayakan menjadi pemimpin berdasarkan umur, yaitu pemimpin �balita� alias bawah lima puluh tahun.                (tajuk lampungpost)

Namun, harus tegas dikatakan kaum muda yang kelak tampil sebagai wali kota atau bupati ialah mereka yang jujur, bersih, idealis, dan ksatria, bukan anak muda yang ditengarai terlibat korupsi. Mereka harus berani membuka kekayaan dengan pembuktian terbalik.

Lampung membutuhkan kepala daerah dari kaum muda karena terlalu lama dibiarkan rakyat miskin hidup di daerah kaya ini. Pemimpin muda itu berkarakter, inspiratif, dan propembangunan ekonomi. Elok nian bila kaum gaek membentangkan karpet merah untuk lahirnya pemimpin muda menjadi kepala daerah.

Minimal ada empat syarat yang dipenuhi calon wali kota dan bupati sehingga layak disebut sebagai pemimpin berkarakter dan inspiratif. Pertama, integritas yaitu satunya tutur dan laku. Dalam integritas itu termaktub sikap keutamaan, merefleksikan pribadi seorang pemimpin yang jujur dan cerdas sehingga dapat diandalkan.

Kedua, optimistis yang bermakna visioner. Seorang pemimpin harus menebarkan harapan dan menyuntikkan optimisme kepada rakyat. Ia mampu menunjukkan masa depan yang gemilang untuk mencapai masyarakat adil dan makmur.

Ketiga, berani mengambil risiko. Sangat sedikit pemimpin yang berani mengambil risiko. Pada umumnya pemimpin di negeri ini bermain di zona nyaman. Pemimpin yang ragu-ragu menghabiskan waktunya menghitung berbagai risiko yang akan timbul dari keputusannya, sehingga tidak pernah membuat keputusan. Keempat, pemimpin yang selalu memberi solusi dan ia bukan bagian dari persoalan di daerah.

Lampung membutuhkan wali kota dan bupati balita yang berkarakter dan inspiratif. Mereka bisa berkomunikasi dengan rakyat lewat jejaring sosial dan nyambung bila berdiskusi dengan Gubernur Ridho karena tidak ada jurang usia yang menganga. n


Sumber : https://goo.gl/oN2a1S
Previous
Next Post »
0 Komentar